Kibarkan Panji-Panji Persatuan dan Kesatuan
(belajar dari Idul Fithri)
(Owner
Sekolah Qur’an Hadis dan Sains Jambi, Pendiri Yayasan Pesantren Terpadu Dar
al-Masaleh Jambi, Dosen Ilmu al-Qur’an, Tafsir dan Hadis UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi, Wakil Pimpinan Pesantren PKP al Hidayah
Provinsi Jambi)
Khutbah Idul Fitri 1444 H
Masjid al Muqarrabin
Perum Amuntai
Alam Barajo Kota Jambi
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ
(3×) اللهُ اَكبَرْ
(3×)
اللهُ اَكْبَرْ
كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَاَبْدَرَ اللهُ اَكْبَرْ كُلَّماَ صَامَ صَائِمٌ وَاَفْطَرْ
اللهُ اَكْبَرْكُلَّماَ تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَاَمْطَرْ وَكُلَّماَ نَبَتَ نَبَاتٌ وَاَزْهَرْ وَكُلَّمَا اَطْعَمَ قَانِعُ اْلمُعْتَرْ. اللهُ اَكْبَرْ
اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ
اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ
وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِى اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ.
اللهُمَّ
صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ
اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ. اللهُ اَكْبَرْ. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا
عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama’ah Sholat Id yang
dirahmati Allah SWT
Kalimat Allahu
Akbar itu kita kumandangkan tidak saja sekarang – tetapi setiap saat- guna
mengasah dan mengasuh jiwa kita, sehingga Allah Yang Maha Besar itu menjadi
pangkalan tempat kita bertolak serta pelabuhan tempat kita bersauh. Kalimat-kalimat
itu kita ucapkan di masa damai dan tenteram, serta kita suarakan pula saat-saat
kritis dan bahaya yang mencekam.
Kalimat Takbir yang melambangkan keagungan
dan kebesaran Allah itulah yang mempersatukan bangsa kita bahkan umat beragama
di seluruh persada bumi. Karena, pada kandunganya terpancar aneka kesatuan,
seperti kesatuan alam semesta, kesatuan dunia dan akhirat, kesatuan natural dan
supranatural, kesatuan ilmu, kesatuan agama-agama samawi, kesatuan umat,
kesatuan bangsa, kesatuan kemanusiaan,
kesatuan kepribadian manusia, dan lain sebagainya.
Apabila makna Allah
Akbar telah bersemai di dalam dada, maka akan lahir pribadi yang utuh, menyatu
jiwa dengan raganya, menyatu bisikan hati dengan ucapannya, menyatu kata dan
perbuatannya, juga menyatu langkah dan tujuannya. Anda akan menemukannya teguh
dalam keyakinan, teguh tapi bijaksana, senantiasa bersih dan menarik walau
miskin, selalu hemat dan sederhana walau kaya, murah hati dan murah tangan,
tidak menghina dan tidak mengejek, tidak menghabiskan waktu dalam permainan,
tidak menuntut yang bukan haknya, dan tidak menahan hak orang lain.
Ucapannya melipur lara dan membawa
manfaat, diamnya pertanda tafakkur, dan pandangannya alamat i’tibar.
Bila beruntung ia bersyukur, bila diuji ia bersabar, bila bersalah ia istighfar,
kalau ditegur ia menyesal, dan kalau dimaki ia menjawab seraya berucap : “Bila
makian Anda benar, maka semoga Allah mengampuniku dan bila keliru, maka kumohon
Tuhan mengampunimu”.
Itulah semua
merupakan salah satu sebab mengapa Allah memerintahkan kita bertakbir, antara
lain setelah selesainya bilangan puasa Ramadhan, Firman Allah QS al
Baqarah 185 :
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بسم الله الرحمن الرحيم
وَلِتُكْمِلُوا
الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
dan hendaklah kamu bertakbir mengagungkan
Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Studi tafsir terkait dengan rujukan beridul fitr,
mufassirin memakai ujung ayat tadi, yakni Setelah sempurna berpuasa,
kita bertakbir mengagungkan asma Allah agar menjadi hamba-Nya yang bersyukur”.
Begitu
juga dalam QS al-A’la 14-15 :
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ
تَزَكّٰىۙ وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهٖ فَصَلّٰىۗ
Memperkuat referensi tersebut, malah nampak lebih teknis. Setelah puasa sebulan Ramadhan penuh, segera
keluarkanlah zakat (qad aflah man tazakka), lalu bertakbiran menyebut
asma Allah pada malam hari itu juga (wa dzakar ism rabbih), kemudian
esoknya melakukan shalat Idul Fitr (fa shalla). Menurut perintah ini
dicatat sebagai hamba Tuhan yang sangat beruntung (qad aflaha).
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama'ah Sholat Idul Fithri
rahimakumullah
Makna dan hakikat Idul Fithri
pun seharusnya mengantar kita kepada persatuan dan kesatuan. Fithri yang
terambil dari kata “fithrah” berarti agama yang benar, suci, dan asal
kejadian. Jika kita memahami fithrah dalam arti agama, maka perlu diingat sabda
Nabi Muhammad SAW yang
menyatakan الدّينُ
المُعامَلة
(Agama adalah interaksi harmonis). Semakin baik interaksi seseorang, semakin
baik keberagamaannya. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat kita dapat berkata,
“tidak mungkin satu masyarakat dapat maju dan berkembang tanpa jalinan yang
harmonis antar anggotanya, jalinan yang menjadikan mereka bekerja sama, sehingga
yang ringan sama dijinjing dan yang berat sama dipikul.
Semakin harmonis interaksi satu
masyarakat, maka semakin banyak manfaat yang dapat mereka raih serta semakin
berhasil mereka dalam perjuangannya. Semakin baik hubungan manusia dengan alam,
semakin terpelihara alam dan semakin banyak pula rahasianya yang dapat diungkap
dan dengan demikian semakin sejahtera kehidupan mereka. Namun, perlu diingat
bahwa kemajuan satu bangsa tidak diukur dengan kekayaan alamnya tetapi dengan
nilai-nilai yang mereka anut bersama dan yang menjalin hubungan harmonis
mereka.
Ketika
hubungan kita tercabik karena ego maka kegagalan akan mendekati kita, karena ketercabikan menguras tenaga dan
fikiran, sehingga bukan saja mereka tidak dapat melangkah bersama tetapi tidak
dapat melangkah maju sama sekali. Allah mengingatkan dalam QS al-Anfal 46 :
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بسم الله الرحمن الرحيم
وَلَا
تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ
الصَّابِرِين َ
”Janganlah kamu tarik-menarik (bertengkar
memperebutkan keuntungan pribadi atau kelompok), karena itu menyebabkan kamu
gagal dan hilang kekuatan kamu, (tetapi tabah) dan bersabarlah (menghadapi
setiap persoalan). Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama’ah Sholat Id yang
dirahmati Allah SWT.
Maka Power Taqwalah
yang menyatukan kita, karena taqwa bukan hanya kesuksesan individu tapi
kemampuan dalam merajut nilai nilai sosial dalam kehidupan kita dalam mewujudkan
kedamaian dan kesatuan Indonesia yang barakah.
Kita tahu bahwa Puasa yang
telah kita lalui merupakan penyucian jiwa, peninggian spirit; mengajarkan
kepada manusia bagaimana mengangkat diri dari derajat hewan yang kebutuhannya
hanya memenuhi perut; makan dan minum, mengajarkan kepada manusia bagaimana
meninggikan diri mereka sampai ke derajat para malaikat yang menjadikan
kedekatan kepada Allah, ibadah, dan takwa kepada-Nya sebagai makanan bagi ruh
mereka. Puasa menumbuhkan keutamaan sifat amanah dan ikhlas dalam berbuat;
beribadah hanya karena Allah, bukan karena mengharapkan pujian dan mencari
muka. Puasa merupakan penjernihan jiwa dari noda-noda dunia dan merupakan
pembebas jiwa dari jeratan kenikmatan dan keasyikan rendah dunia.
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama’ah Sholat Id yang
dirahmati Allah SWT.
Dengan Ramadhan kita akan menjadi insan yang muttaqin, insan pasca Ramadhan, yang menjadi harapan setiap orang. Insan yang dalam hari raya
ini menampakkan tiga hal sebagai pakaiannya: menahan diri dari hawa nafsu,
memberi ma`af dan berbuat baik pada sesama manusia sebagaimana firman Allah dalam QS ali Imran 134:
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بسم الله الرحمن
الرحيم
وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ
ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
"…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
Maka Ramadhan Juga menanamkan pesan sosial dalam dalam hidup kita. Nabi Muhammad Mengajarkan
kita bagaimana kepedulian harus kita wujudkan kepada siapapun, dalam kitab Durratun Nashihin karya Syekh Usman bin Hasan bin Ahmad
Syakir Al-Khubawi ada sebuah riwayat Di
suatu hari raya Rasulullah SAW keluar rumah untuk melaksanakan shalat Idul
Fitri. Sementara anak-anak kecil tengah bermain riang gembira di jalanan. Tetapi
tampak seorang anak kecil duduk menjauh berseberangan dengan mereka. Dengan
pakaian sangat sederhana dan tampak murung, ia menangis tersedu. Melihat fenomena ini
Rasulullah SAW segera menghampiri anak tersebut. “Nak, mengapa kau
menangis? Kau tidak bermain bersama mereka?” Rasulullah membuka percakapan. Anak kecil yang tidak
mengenali bahwa orang dewasa di hadapannya adalah Rasulullah SAW menjawab, “Paman,
ayahku telah wafat. Ia mengikuti Rasulullah SAW dalam menghadapi musuh di
sebuah pertempuran. Tetapi ia gugur dalam medan perang tersebut.”
Rasulullah SAW terus mengikuti cerita anak yang murung tersebut. Sambil
meraba ke mana ujung cerita, Rasulullah SAW mendengarkan dengan seksama
rangkaian peristiwa dan nasib malang yang menimpa anak tersebut. “Ibuku menikah lagi. Ia
memakan warisanku, peninggalan ayah. Sedangkan suaminya mengusirku dari rumahku
sendiri. Kini aku tak memiliki apapun. Makanan, minuman, pakaian, dan tempat
tinggal. Aku bukan siapa-siapa. Tetapi hari ini, aku melihat teman-teman
sebayaku merayakan hari raya bersama ayah mereka. Dan perasaanku dikuasai oleh
nasib kehampaan tanpa ayah. Untuk itulah aku menangis.”
Mendengar penuturan ini, batin Rasulullah SAW
runtuh. Ternyata ada anak-anak yatim dari sahabat yang gugur membela agama dan
Rasulnya di medan perang mengalami nasib malang begini. Rasulullah SAW segera
menguasai diri. Rasul yang duduk berhadapan dengan anak ini segera menggenggam
lengannya. “Nak,
dengarkan baik-baik. Apakah kau sudi bila aku menjadi ayah, Aisyah menjadi
ibumu, Ali sebagai paman, Hasan dan Husein sebagai saudara, dan Fatimah sebagai
saudarimu?” tanya Rasulullah.
Mendengar tawaran itu, anak ini mengerti seketika bahwa orang dewasa di
hadapannya tidak lain adalah Nabi Muhammad SAW. “Kenapa tak sudi ya Rasulullah?” jawab anak ini dengan senyum terbuka. Rasulullah SAW kemudian
membawa anak angkatnya pulang ke rumah. Di sana anak ini diberikan pakaian
terbaik. Ia dipersilakan makan hingga kenyang. Penampilannya diperhatikan lalu
diberikan wangi-wangian.
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْد
Jama'ah Sholat Id al-Fithri rahimakumullah
Semangat zakat mal dan fitrah
yang ditunaikan melahirkan kesadaran untuk tolong menolong (ta`awun)
antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, antara orang-orang yang
hidupnya berkecukupan dan orang-orang yang hidup kesehariannya serba
kekurangan, Semua orang pernah merasakan kenyang tapi tidak semua orang pernah
merasakan lapar. Padahal Allah telah mengingatkan di dalam al Qur’an semua kita
adalah sama dalam pandangan Allah dalam QS al Nahl 71 :
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بسم الله الرحمن
الرحيم
وَٱللَّهُ فَضَّلَ بَعۡضَكُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ فِي
ٱلرِّزۡقِۚ فَمَا ٱلَّذِينَ فُضِّلُواْ بِرَآدِّي رِزۡقِهِمۡ عَلَىٰ مَا مَلَكَتۡ
أَيۡمَٰنُهُمۡ فَهُمۡ فِيهِ سَوَآءٌۚ أَفَبِنِعۡمَةِ ٱللَّهِ يَجۡحَدُونَ
Dan Allah melebihkan
sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang
yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada
budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka
Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْد
Jama’ah Sholat Id yang
dirahmati Allah SWT
Rasanya akan terhiris hati kita ketika melihat kesenjangan sosial
menjadi pembeda antara kaum kaya dan papa, seperti terhirisnya hati kita ketika
melihat fenomena dua anak yang berbeda latar belakang, yang satu anak yang kaya
lengkap dengan berbagai kemewahan, ketika hari raya tiba mereka dengan semangat
menyampaikan kepada kedua orang tua mereka dan semua terkabulkan karena kemewahan dan kekayaan yang
mereka miliki.
Sementara disisi lain
seorang anak yatim piatu tanpa ayah dan ibu, ketika hari raya tiba mereka hanya
bisa menghadiri pusara ayah dan ibunya dengan semangat sambil membacakan al
Fatihah sebagai dedikasi cinta kepada kedua orang tuanya, sembari
mengucapkan di atas pusara ayahnya : ” Yah... sepatu yang ayah
belikan dulu sudah usang dan rusak, maukan ayah belikan adek sepatu baru...
yang diterima hanyalah tiupan angin sepoi-sepoi, lalu berlanjut ke pusara
ibundanya sambil bergumam : ”mak... baju adek sudah jelek mak, maukan mak
belikan adek baju baru, kawan-kawan adek pake baju baru semua” tiada
sedikitpun jawaban yang diterima namun sianak tetap bahagia walau hampa tanpa
jawaban.
SubhanaLLAH wa NastaghfiruLLAH. Maka melalui zakat,
Infaq dan Shadaqah yang telah kita tunaikan bisa menjadi penyambung silaturahim
dan perwujudan nilai kepekaan bagi diri kita dalam kehidupan bermasyarakat
untuk dapat memahami bagaimana susahnya fakir dan miskin melawan jalan kehidupan
yang penuh duri ini.
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama’ah Sholat Id yang
dirahmati Allah SWT
Akhirnya, marilah
kita jadikan hari raya ‘Idul Fithri ini sebagai momentum untuk membina dan
memperkukuh ikatan kesatuan dan persatuan kita, menyatupadukan hubungan kasih
sayang antara kita semua, sebangsa dan setanah air. Saudaraku, kalau bukan sekarang, kapan
lagi? Ini untuk anak cucu kita kedepan, Tantangan terbentang sangat besar di
hadapan kita dan ancaman Allah pun
menanti kita.
Ketika sementara orang pada masa Nabi Muhammad SAW. merasa
sangat tersinggung dan sakit hati karena diperlakukan tidak wajar, dicemarkan
nama baiknya, sehingga enggan memberi maaf, turun firman Allah menegur mereka :
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بسم الله الرحمن
الرحيم
وَلْيَعْفُوْا
وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ
غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang
dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nûr [24]: 22).
Marilah dengan hati terbuka, dengan dada
yang lapang, dan dengan muka yang jernih, serta dengan tangan terulurkan, kita
saling maaf-memaafkan, sambil mengibarkan panji-panji persatuan dan kesatuan,
bendera kedamaian dan As-salam.
اللهُ اَكْبَرْ
(3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama’ah Sholat Id yang
dirahmati Allah SWT
Semoga dengan kita saling
memaafkan, kita mampu membangun
kesejahteraan dan keberkahan bagi NKRI dengan Tolak Radikalisme, Tolak
Terorisme, Tolak Hoax, Tolak Ujaran kebencian dan segala sesuatu yang dapat
memecahkan persatuan kita, sehingga negeri dan negara kita ini menjadi dambaan yang senantiasa diberkahi Allah
sehingga terwujud بلدة طيبة ورب غفور. Amin Ya Rabb ”Bersihkan Hati Sucikan
Pikiran di hari nan Fitri”Selamat Hari Raya Idul Fitri 1444 H
من العائدين والفائزين فى
كل عام وأنتم بخير
جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ
اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ
فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى
وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Ust Dr KH Hasbullah Ahmad, MA
Kunjungi Web : www.quhasschooljambi.sch.id
Khutbah
II Idul Fitri 1444
الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ
كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَحْدَهُ
صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ
وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ
لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ. الحَمْدُ
لِلّهِ حَمْداً كَثِيْرًا كَماَ أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ الله
ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِرْغاَماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلَآئِقِ
وَالبَشَرِ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ المحشر. أَمَّا
بَعْدُ: فَيآأَيُّهاَالحاَضِرُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ
فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَافْعَلُوْاالخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْآ عَنِ
السَّيِّآتِ. وَاعْلَمُوْآ أَنَّ الله َأَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَنَّابِمَلَآئِكَةِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقاَلَ تعالى فِيْ
كِتاَبِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى
النَّبِيْ يَآأَيُّهاَالَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. فَأَجِيْبُوْآالله َاِلَى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْآ وَسَلِّمُوْأ
عَلَى مَنْ بِهِ هَدَاكُمْ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ
التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ
الله ُعَنَّا بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الراَحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ وَالمُسْلِمِيْنَ
وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبٌ
مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْأُمَّةَ سَيّدِناَ مُحَمَّدٍ.
اللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ
سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ مَنْ
خَذَلَ الدِّيْنَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ
وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ
وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ بَلَدِناَ هَذاَ ِنْدُوْنِيْسِيَّا
خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً ياَ رَبَّ العَالمَيِنَ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الكَفَرَةَ
وَالمُبْتَدِعَةِ وَالرَّافِضَةَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ.
‘’Ya
Allah saat-saat yang syahdu ini, kami segenap hamba-hamba-Mu, berkumpul,
bersimpuh di tempat yang suci yang penuh rahmat, menyebut namaMu yang agung,
berzikir, bermunajat kepadaMu dengan takbir, tahmid, dan tahlil.
Ya Rabb
kami yang Maha Penyayang, ampuni dosa dan kesalahan kami, dosa dan kesalahan
kedua orang tua kami, sayangi mereka ya Allah sebagaimana mereka menyayangi
kami di waktu kami kecil,.
Ya
Allah, bersihkan hati dan jiwa kami dari hasad dan dengki, persatukan jiwa-jiwa
ini dalam cinta karenaMu dan dalam ketaatan kepadaMu, jangan Engkau
biarkan setan musuhMu menggerogoti persaudaraan kami.
Ya Rabb,
sembuhkan saudara kami terbaring di rumah sakit, atau dirumahnya, angkat
penyakitnya ya Allah, tentramkan hatinya ya Allah, tenangkan jiwanya ya Allah,
serta Engkau berikan kesabaran dalam menerima ujian dariMu.
Ya Rabb,
yang mengetahui segala keburukan aib dan maksiat kami, ampuni seburuk apapun
masa lalu kami, tutupi seburuk apapun aib-aib kami.bukakanlah lembaran-lembaran
baru yang bersih yang menggantikan masa lalu kami.
Ya
Allah Tuhan yang Maha Penyayang, sayangi kami, sayangi kedua orang tua kami,
yang telah berpeluh lelah merawat dan mendidik kami. Ampuni setiap kata keras
kami yang pernah terlontar pada mereka, Ya Rabb. Ampuni sikap tak peduli kami
atas mereka, Ya Rabb. Berikan kesempatan kami berbakti kepada mereka, Ya Rabb.
Lembutkan hati mereka untuk kami agar ridha mereka mengantar kami kepada
RidhaMu, Dan, jika Engkau telah mengambil mereka ke haribaanMu, maka basuhlah
mereka dengan kelembutan ampunan dan rahmatMu, serta pertemukan kami dengan
mereka dalam keabadian nikmat syurga tidak akan nikmat tanpa bersama kedua
orang tua kami ya Rabb...
Ya
Rabb, bukakan pintu hati kami agar selalu sadar bahwa hidup ini hanya mampir
sejenak, hanya Engkau tahu kapan ajal menjemput kami, jadikan sisa umur menjadi
jalan kebaikan bagi ibu bapak kami, jadikan kami menjadi anak yang shaleh yang
dapat memuliakan ibu bapak kami.
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَالَنَا فِي رَمَضَانَ عِيْدُكُمْ
مُبَارَكٌ وَعَسَاكُمْ مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ في كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ
بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا
رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً
وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ
العاَلمَيِنَ فَيَا عِبَادَ الله اِن الله يَأمُرُ بِالعَدْلِ وَالِاحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى
القٌرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ الله أَكْبَرُ
وَالله يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Posting Komentar