Khutbah Idul Adha 1446 H/2026 M ; Spirit Berbagi, Berkorban dan Berjuang
Khutbah Idul Adha 1446 H/2026 M
Spirit Berbagi, Berkorban dan Berjuang
Ust Dr. H Hasbullah Ahmad, M.A.
(Owner Sekolah Qur’an Hadis dan Sains Jambi, Dosen Tetap
Ilmu al-Qur’an, Tafsir dan Hadis Universitas Islam Negeri Jambi, Wakil Rois
Syuriah PW NU Provinsi Jambi, Wakil Direktur Pondok Pesantren PKP al Hidayah
Jambi)
PDF DOWNLOAD DISINI!
اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ
أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ
وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانِ وَفَضَّلَ
بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي
بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى
الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى
آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ،
فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ
اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ .وقال ايضا :
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
وَمَن كَفَرَ فَإِ نَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ.
Allahu
Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Jama’ah Sholat Idul Adha Rahimakumullah.
Pada
hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1446 H seluruh umat Islam di seantero dunia
memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari sebelumnya,
yakni kamis 9 Dzulhijah 1446 H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji
wukuf di Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang
kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan antar satu
bangsa dengan bangsa yang lainnya kecuali takwa kepada Allah.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ
ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Al-Hujaraat : 13
Peringatan hari raya ini tak bisa dilepaskan dari peristiwa bersejarah ribuan
tahun silam ketika Nabi Ibrahim as, dengan penuh ketaqwaan, memenuhi perintah
Allah untuk menyembelih anak yang dicintai dan disayanginya, Nabi Ismail as.
Atas kekuasaan Allah, secara tiba-tiba yang justru disembelih oleh Nabi Ibrahim
as telah berganti menjadi seekor kibas (sejenis domba).
Peristiwa
itulah yang kemudian menjadi simbol bagi umat Islam sebagai wujud ketaqwaan
seorang manusia mentaati perintah Allah swt. Ketaqwaan Nabi Ibrahim as kepada
Allah swt diwujudkan dengan sikap dan pengorbanan secara totalitas, menyerahkan
sepenuhnya kepada sang Pencipta dari apa yang ia percaya sebagai sebuah
keyakinan. Allah swt berfirman dalam Qur’an Surat Yusuf (12) ayat 111,’
لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى
الْاَلْبَابِۗ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَرٰى وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ
بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ
يُّؤْمِنُوْنَ ࣖ
Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah.
Al-Qur’an sedemikian memuliakan Nabi Ibrahim as. Sehingga
Nabi Ibrahim as dikenal sebagai (abu al-anbiya’) bapak para Nabi. Lalu
mengapakah Allah demikian memuliakannya? Apakah karena keturunannya, ataukah
karena hartanya, atau kah karena kekuatannya, keperkasaannya? Ah, ternyata
bukan. Rupanya Nabi Ibrahim as dikenang hingga akhir zaman karena keteguhannya
memegang amanah Allah, dan kerelaannya mengorbankan segala miliknya demi Allah
SWT.
Sejarah
perjalanan hidup Nabi Ibrahim as adalah sejarah manusia yang paling sukses
dalam menjalani hidup, meski ia berangkat dari nol. Sukses berdakwah dalam
kondisi sulit dan sukses menjaga amanah ketika telah mulai memanen hasil jerih
keringat dakwahnya.
Nabi Ibrahim as memulai Dakwah sebagai seseorang yang harus berhadapan dengan
penguasa yang dzalim dan kuat. Harus melewati hukuman yang berat dan tidak
memungkinkannya selamat, kecuali atas izin Allah.
Setia
menjaga isterinya yang sedang mengandung keturunannya, menemaninya hingga ke
sebuah tempat yang sangat jauh dari daerahnya semula. Menjalani kehidupan
dengan normal dan tetap menyerukan ayat-ayat Allah dengan bijaksana, agar
umatnya tak kembali lagi ke jalan yang dimurkai Allah SWT.
Akan tetapi Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah, bagi Nabi Ibrahim as,
cobaan yang demikian rupanya belumlah seberapa,
ternyata..., cobaan terberatnya adalah ketika ia harus
merelakan putera tercintanya, Nabi Ismail as, untuk dikorbankan, kepada Allah
dengan cara disembelih. Putera yang beberapa waktu setelah kelahirannya segera
ditinggalkan untuk memenuhi seruan Allah SWT. Kerelaan Nabiyullah Ibrahim as
untuk menyembelih puteranya inilah yang terus kita peringati hingga sekarang
sebagai Idul Adha sebagaimana Firman Allah SWT :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ
يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا
تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ
مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku
melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar".(QS Ash Shaffat [37]:102).
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Walillahilhamd,
Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah,
Kata kurban dalam bahasa arab berarti mendekatkan diri.
Dalam fiqh Islam dikenal dengan istilah udh-hiyah, sebagian ulama
mengistilahkannya an-nahr sebagaimana termaktub dalam QS Al-Kautsar :2 :
فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْۗ
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah“
Akan tetapi, pengertian korban bukan sekadar menyembelih binatang korban dan
dagingnya kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Akan tetapi, secara
filosofis, makna korban meliputi aspek yang lebih luas.
Dalam konteks sejarah, dimana umat Islam menghadapi
berbagai cobaan, makna pengorbanan amat luas dan mendalam. Sejarah para nabi,
misalnya Nabi Muhammad dan para sahabat yang berjuang menegakkan Islam di muka
bumi ini memerlukan pengorbanan. Sikap Nabi dan para sahabat itu ternyata harus
dibayar dengan pengorbanan yang teramat berat yang diderita oleh Umat Islam di
Mekkah ketika itu. Umat Islam disiksa, ditindas, dan sederet tindakan keji
lainnya dari kaum kafir Quraisy. Rasulullah pernah ditimpuki dengan batu oleh
penduduk Thaif, dianiaya oleh ibnu Muith, ketika leher beliau dicekik dengan
usus onta, Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau dengan kasar dan kejam.
Para sahabat seperti Bilal ditindih dengan batu besar yang panas ditengah
sengatan terik matahari siang, Yasir dibantai, dan seorang ibu yang bernama
Sumayyah, ditusuk kemaluan beliau dengan sebatang tombak.
Tak hanya itu, umat Islam di Mekkah ketika itu juga diboikot untuk tidak
mengadakan transaksi dagang. Akibatnya, bagaimana lapar dan menderitanya
keluarga Rasulullah SAW. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy, hingga
beliau sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan
kulit-kulit sepatu bekas.
Sejarah Nabi Yusuf as yang disiksa dan dibuang ke sebuah
sumur tua oleh para saudaranya sendiri adalah bagian dari pengorbanan beliau
menegakkan kebenaran. Sejarah nabi Musa as yang mengalami tekanan, tidak hanya
dari Fir’aun, tetapi juga kaumnya, adalah juga wujud dari pengorbanan beliau.
Pengorbanan Nabi Suaib as juga dikisahkan dalam QS
Al-A’raf (7), ayat 88,
قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ
اسْتَكْبَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ لَنُخْرِجَنَّكَ يٰشُعَيْبُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا
مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَآ اَوْ لَتَعُوْدُنَّ فِيْ مِلَّتِنَاۗ قَالَ اَوَلَوْ
كُنَّا كٰرِهِيْنَ
”Pemuka-pemuka dari kaum Syu’aib yang menyombongkan diri
berkata: ”Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang
beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami”.
Berkata Syu’aib: ”Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak
menyukainya?” (QS al-A’raf ayat 88)
Dalam sejarah perjuangan bangsa, para pahlawan mengorbankan jiwa raga, harta
benda untuk kemerdekaan bangsanya. Jenderal Sudirman harus keluar masuk hutan
memimpin tentara Indonesia berjuang melawan Belanda. Sikap para tokoh bangsa
yang dipenjara, dibuang, dan disiksa adalah sebagai wujud dari keyakinan mereka
akan kebenaran. Ribuan nyawa yang mati adalah pengorbanan mereka terhadap
negeri ini. Tentu saja, mereka berkorban atas dasar sikap yang mereka percaya
sebagai sebuah kebenaran. Pengorbanan para pemuda di berbagai tempat di
Indonesia menghadapi penjajah, adalah sebagai wujud dari sikap mereka
mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah,
Dalam konteks keseharian kita, pengorbanan juga bisa
dilihat dari pengorbanan seorang pemimpin yang berusaha untuk mensejahterakan
rakyatnya, pengorbanan seorang isteri terhadap suami dan anak-anaknya, serta
sebaliknya, anak terhadap kedua orang tuanya.
Seorang pemimpin yang adil terhadap rakyatnya dan berusaha memberikan
kontribusinya bagi negaranya adalah wujud pengorbanan. Seorang suami sebagai
kepala rumah tangga berjuang membanting tulang demi menafkahi dan membahagiakan
keluarganya. Seorang istri mengabdi setia kepada suaminya juga sebagai wujud
pengorbanan. Orang tua yang mendidik dan membesarkan anak-anaknya sehingga
menjadi berhasil, adalah juga wujud pengorbanan.
Maka dalam konteks kekinian, pengorbanan Nabi
Ibrahim as tersebut harus tetap kita apresiasikan. Baik dalam bentuk ubudiyah
mahdohnya dengan menjalankan haji bagi yang mampu وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ البَيْتِ مَنْ اِسْتَطَاعَ
اِلَيْهِ سَبِيْلًا
serta berkurban hewan ternak bagi umat Islam yang memiliki cukup kelebihan
harta untuk melaksanakannya.
Namun demikian, kita juga harus senantiasa menginterpretasikan atau menafsirkan keteguhan ketaatan dan ketabahan dalam kisah
nabi Ibrahim as tersebut zaman kita hidup saat ini sebagai inspirasi hidup.
Ketabahan Nabi Ibrahim as untuk merelakan puteranya dapat kita wujudkan dalam
kerelaan kita untuk berbagi kebahagiaan dengan para tetangga, lingkungan dan
saudara-saudara umat Islam lainnya di manapun mereka berada.
Syariat Allah yang telah dilaksanakan sejak zaman Nabi Ibrahim as memiliki manfaat yang sedemikian luas hingga ke seluruh
penjuru jagad. Baik manfaat secara ekonomi, sosial maupun budaya. Karena itu
Qurban ikhlas hanya untuk Allah SWT, karena yang Allah dapatkan bukan daging
dan darahnya akan tetapi ketaqwaan kita semua, Allah SWT berfirman :
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا
دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ
“Daging-daging dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya.”
(Al-Hajj: 37)
Maka Berqurban juga berarti upaya menyembelih hawa nafsu dan
memotong kemauan syahwat yang selalu menyuruh kepada kemungkaran dan kejahatan.
Seandainya sikap menyembelih hawa nafsu ini dimiliki oleh umat Islam, subhanallah,
umat Islam akan maju dalam segalanya. Betapa tidak, bagi yang berprofesi sebagai guru, ia
berkurban dengan ilmunya. Pengusaha ia berkurban dengan bisnisnya yang fair dan
halal. Politisi ia berkurban demi kemaslahatan umum dan bukan kelompoknya.
Pemimpin ia berkurban untuk kemajuan rakyat dan bangsanya bukan untuk
pribadinya dan begitu seterusnya.
Kita berani menyembelih kemauan pribadi yang bertentangan
dengan kemauan kelompok, atau keinginan pribadi yang bertentangan dengan
syariat. Bahkan kemauan kelompok namun bertentangan dengan perintah Allah swt.
Dengan semangat ini, bentuk-bentuk kejahatan akan bisa diminimalisir bahkan
dihilangkan di bumi pertiwi NKRI ini.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah,
Sekedar merenungi kembali momentum Idul Qurban,
Kesanggupan Nabi Ibrahim as menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail as,
bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yang membabi buta (taqlid),
tetapi meyakini bahwa perintah Allah s.w.t. itu harus dipatuhi. Bahkan, Allah swt
memberi perintah seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan datang
bahwa adakah mereka sanggup mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang
disayangi demi menegakkan perintah Allah.
Hidup adalah satu perjuangan dan setiap perjuangan
memerlukan pengorbanan. Tidak akan ada pengorbanan tanpa kesusahan. Justeru
kesediaan seseorang untuk melakukan pengorbanan termasuk uang satu rupiah,
tenaga dan waktu, akan benar-benar menguji keimanan seseorang.
Peristiwa berkorban Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail
merupakan satu noktah kejadian yang dapat direnungi oleh semua manusia dari
semua level usia dan latar belakang tingkat pendidikan. Dengan kata lain, semangat
berkorban adalah tuntutan paling besar yang ada dalam lingkungan keluarga,
masyarakat maupun, agama bangsa dan negara.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah.
Mari kita sadari betapa Allah telah memberi kita dengan
karuniaNya yang banyak. Sebagai makhluk yang tahu berterima kasih dan bersyukur, marilah kita mendekat
kepada Allah dengan Qurban dan Haji. Jangan pernah tinggalkan
shalat, lalu tunaikanlah Zakat,
Jalankanlah Puasa dan Tunaikanlah Haji bila mampu.
Seseorang menjadi besar karena jiwanya besar. Tidak ada
jiwa besar tanpa jiwa yang punya semangat berkorban. Berkat رُوْحُ البَذْلِ وَالتَّضْحِيَّةِ
وَالمُجَاهَدَةِ spirit
berbagi, berkorban dan berjuang, ummat ini telah menjadi ummat yang besar,
bergengsi dan disegani dunia dalam sejarahnya. Mari kita kembalikan kebesaran
serta gengsi ummat ini dengan menyemai semangat memberi, berkorban dan
mujahadah pada diri dan keluarga kita dengan nilai al-Qur’an dan Hadis, Adat
bersendi Syara, Syara bersendi Kitabullah dalam kerangka NKRI menuju kehidupan
yang diberkahi.
Semoga Allah SWT, menganugerahkan ketenangan dalam
beribadah dan beraktifitas dan semoga saudara-saudari kita yang sedang berhaji,
menjadi haji yang mabrur dan sehat kembali ke Indonesia dengan membawa berkah
untuk kedamaian negeri kita tercinta. Amin Ya Rabb al-Alamin..
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ