***SELAMAT DATANG DI WEBSITE QUHAS SCHOOL YPT DAR AL-MASALEH JAMBI***
Latest Post


Khutbah Jumat

Masjid Laksamana Cheng Ho Kenali Asam Bawah Jambi:

Jaga Lisan dari Komentar Negatif

Khatib : Ust Dr H Hasbullah Ahmad, MA

(Owner Sekolah Qur’an Hadis dan Sains Jambi, Dosen Tetap Ilmu al-Qur’an, tafsir dan Hadis UIN STS Jambi, Wakil Rois Syuriah PWNU Provinsi Jambi dan Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Kota Jambi, Wakil Pimpinan Ponpes PKP al Hidayah Jambi)

DOWNLOAD PDF DISINI!

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Mari bersama-sama kita menguatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, sebab Iman dan takwa yang kita miliki ini merupakan anugerah yang tidak semua umat manusia memilikinya. Kita harus bersyukur, walaupun terpaut jarak yang jauh dan beda zaman dengan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah ilahiyah, namun kita dianugerahkan kesempatan hidup dalam Islam, sebagai agama samawi pamungkas yang sempurna dan agama yang diridhoi oleh Allah swt. Hal ini ditegaskan dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 3:

اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ  

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu”

Jama’ah Jumat yang berbahagia,

Bangsa Indonesia saat ini masih berada dalam suasana duka. Bencana alam yang melanda beberapa wilayah di Sumatera telah merenggut lebih dari 900 nyawa, dan lebih dari 200 orang masih dinyatakan hilang. Dalam situasi ini, banyak masyarakat yang saling bahu-membahu membantu para korban melalui penggalangan donasi maupun turun langsung ke lapangan.

Namun demikian, masih saja kita temukan komentar-komentar negatif yang mengaitkan musibah ini dengan azab, dosa, atau ucapan lain yang dapat melukai perasaan para korban.

Perlu kita pahami bersama bahwa tidak semua bencana dapat langsung dikaitkan dengan azab. Ada kalanya bencana merupakan ujian dari Allah SWT untuk mengukur kualitas hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar”. (Qs. Al-Baqarah: 155).

Pada surat Al-Baqarah ayat 155 ini, Allah menegaskan akan memberikan cobaan kepada setiap umat Islam sebagai ujian di dunia. Cobaan tersebut bisa berupa kekhawatiran, kelaparan, kurangnya harta, kematian kerabat ataupun yang lainnya.

Jama’ah Jumat Rahimakumullah.

Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirul Qur’anil Azhim juz 1 hal 338 berkata:

بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ أَيْ بِقَلِيلٍ مِنْ ذَلِكَ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوالِ أَيْ ذَهَابُ بَعْضِهَا وَالْأَنْفُسِ كَمَوْتِ الْأَصْحَابِ وَالْأَقَارِبِ وَالْأَحْبَابِ وَالثَّمَراتِ أَيْ لَا تُغِلُّ الحدائق والمزارع كعادتها  

“(Kami pasti akan menguji kalian) dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta dengan hilangnya sebagian harta, hilangnya nyawa seperti meninggalnya sahabat, kerabat ataupun orang yang dicinta serta ujian dari panen buah-buahan dari perkebunan dan pertanian yang tidak menghasilkan seperti biasanya”.

Dari penjelasan Ibnu Katsir di atas, dapat dipahami bahwa, umat manusia tidak dapat melepaskan diri dari ujian yang diberikan Allah. Baik itu ujian yang menimpa diri sendiri, kerabat ataupun sesama umat Islam.

Umat Islam juga diperintahkan untuk selalu membantu dan menolong sesama, terutama kepada mereka yang sedang ditimpa musibah. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

"Dari Abi Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang meringankan satu beban dari seorang mukmin maka Allah akan meringankan bebannya di hari kiamat, dan barangsiapa membantu orang mukmin yang sedang kesusahan maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat".(HR. Muslim)  

Jamaah Jumat Rahimani wa Rahimakumullah,

Di sisi lain, mengucapkan komentar-komentar negatif terhadap korban bencana termasuk ke dalam ujaran kebencian yang sangat dilarang dalam Islam. Hal tersebut ditegaskan dalam Al-Qur’an bahwa tidak diperkenankan bagi umat Islam untuk mengolok-olok satu sama lain, sebab boleh jadi yang diolok-olok lebih baik derajatnya di sisi Allah.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim." (Qs. Al-Hujurat: 11)

Syekh Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya Marah Labid juz II hal 438 menjelaskan bahwa ayat di atas turun untuk menegur beberapa kelompok atau individu pada masa kenabian yang suka menghina dan mencaci maki orang lain dengan sebutan yang buruk. Ayat ini juga merupakan penegasan dari Allah SWT kepada umat manusia agar tidak saling menghina satu sama lain.

Syekh Nawawi al Bantani menjelaskan bahwa kandungan surat Al-Hujurat ayat 11 ini mengajak umat manusia agar menjaga lisannya dalam berucap sesuatu kepada orang lain. Syekh Nawawi berkata dalam tafsirnya:

وَمَعْنَى الْآيَةِ: لَا تَحْتَقِرُوْا إِخْوَانَكُمْ وَلَا تَسْتَصْغِرُوْهُمْ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ تَعْلِيْلٌ لِلنَّهْيِ، أَيْ عَسَى أَنْ يَكُوْنَ الْمَسْخُوْرُ مِنْهُمْ خَيْرًا عِنْدَ الله تَعَالَى مِنَ السَّاخِرِيْنَ، وَلَا نِساءٌ مِنْ نِساءٍ  

“Kandungan ayat di atas memiliki makna: Janganlah kalian menghina dan mengerdilkan saudara-saudara kalian sebab boleh jadi mereka yang dihina lebih baik di sisi Allah daripada yang menghina. Hal ini berlaku juga bagi kaum perempuan.”  

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT, 

Ajaran Islam tidak hanya melarang kita merendahkan dan menyakiti saudara kita dengan ucapan, tetapi justru mendorong kita untuk meringankan beban mereka, apalagi ketika mereka sedang tertimpa musibah. Dalam situasi seperti ini, yang dibutuhkan adalah empati, doa, dan bantuan nyata, bukan komentar yang melukai.  

Bahkan Allah mengingatkan dalam firman-Nya agar kita tidak meremehkan saudara kita, karena boleh jadi mereka jauh lebih mulia di sisi-Nya. Rasulullah SAW pun menegaskan keutamaan besar bagi siapa saja yang berusaha menghilangkan kesulitan saudaranya.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعَسِّرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَالآَخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمَاً سَتَرَهُ اللهُ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang meringankan satu kesulitan seorang mukmin dari kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan meringankan baginya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan pada hari kiamat. Siapa yang memberi kemudahan kepada orang yang sedang kesulitan, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR Muslim).

 

Jama’ah Jumat Hadaniallahu Li wa Lakum..

Demikian khutbah Jumat ini khatib sampaikan. Sebagai penutup, khatib mengingatkan bahwa bangsa serta negeri kita adalah bangsa dan negeri yang berbudi luhur. Karena itu, marilah kita menjaga lisan kita dari komentar-komentar negatif terhadap saudara-saudara kita yang sedang tertimpa bencana. Mari pula kita bantu mereka, setidaknya dengan mengirimkan doa-doa terbaik agar keadaan mereka segera membaik. Amin Ya Rabb..

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

 


Khutbah Jumat

Masjid Nurul Islam Kebun Daging Kota Jambi

Bencana sebagai Alarm Peringatan dari Alam

Khatib : Ust Dr H Hasbullah Ahmad, MA

(Owner Sekolah Qur’an Hadis dan Sains Jambi, Dosen Tetap Ilmu al-Qur’an, tafsir dan Hadis UIN STS Jambi, Wakil Rois Syuriah PWNU Provinsi Jambi dan Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Kota Jambi, Wakil Pimpinan Ponpes PKP al Hidayah Jambi)

DOWNLOAD FILE PDF DISINI!

 

اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَنْعَمَ عَلَيْنَا نِعَمًا، وَأَظْهَرَ فِي الْكَوْنِ آيَاتٍ تُذَكِّرُنَا حِكَمًا، وَبَسَطَ لَنَا فِي الْأَرْضِ خَيْرًا نَجْنِيهِ فَهْمًا، وَنَبَّهَنَا إِلَى مَا نُحْدِثُهُ فِيهَا رَشَدًا وَاهْتِمَامًا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِقْرَارًا وَوَعْيًا وَالْتِزَامًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي هَدَانَا نُورًا وَرَحْمَةً وَسَلَامًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ تَعَالَى ، وَقَدْ قَالَ:وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,

Segala puji kita panjatkan ke hadirat Allah Swt, Tuhan yang senantiasa mencurahkan karunia kepada kita tanpa henti. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang menunjukkan kita jalan kebenaran dengan akhlak yang lembut dan ajaran yang berkah, juga kepada keluarganya para sahabat, dan seluruh umat Islam yang meneladani sunnah-sunnahnya hingga hari akhir.  

Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,

Marilah kita menguatkan ketakwaan kepada Allah Swt dengan memperbanyak amal yang diridhai dan menjaukan diri dari setiap larangan-Nya. Karena setiap tingkah laku kita akan diketahui dan dicatat oleh-Nya. Sebagaimana firman Allah Swt yang terkandung dalam surat Al-Maidah ayat 8:

وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ  

Artinya: “Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”  

Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah, 

Jika kita menengok keadaan alam saat ini, khususnya di Indonesia, maka kita akan melihat begitu banyak perubahan yang mengkhawatirkan. Sungai yang dulu jernih kini keruh dan tercemar oleh limbah serta sampah. Udara yang seharusnya menjadi sumber kehidupan justru dipenuhi asap dan polusi. Hutan yang dahulu rimbun, tempat berbagai makhluk hidup dengan ekosistemnya, kini banyak yang hilang akibat pembabatan penggundulan hutan tanpa reboisasi.   

Semua kerusakan itu, terjadi karena ulah kita sebagai umat manusia yang enggan merawat alam. Yakni, ketika kita lebih mementingkan keuntungan sesaat daripada kelestarian, ketika keserakahan mengalahkan kepedulian, dan ketika hawa nafsu lebih kuat daripada tanggung jawab.   

Allah Swt telah mengingatkan kita dengan sangat jelas nan tegas bahwa kerusakan yang tampak di darat maupun di laut bukanlah sesuatu yang hadir begitu saja  tetapi akibat ulah kita sebagai manusia, agar kita sadar, kembali, dan memperbaiki diri. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ar-Rum ayat 41:

   ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ  

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”  

Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,

Al-Baidhawi dalam Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, jilid 4, halaman 208 menjelaskan, makna fasad yang berarti kerusakan pada QS. Ar-Rum ayat 41 tersebut, sebagai berbagai bencana alam yang tampak di darat dan laut, karena ulah manusia.

  ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ كَالْجَدْبِ وَالْمَوْتَانِ وَكَثْرَةِ الْحَرْقِ وَالْغَرَقِ وَإِخْفَاقِ الْغَاصَّةِ وَمَحْقِ الْبَرَكَاتِ وَكَثْرَةِ الْمَضَارِّ، أَوِ الضَّلَالَةِ وَالظُّلْمِ وَقِيلَ الْمُرَادُ بِالْبَحْرِ قُرَى السَّوَاحِلِ، وَقُرِئَ: وَالْبُحُورِ. بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ بِشُؤْمِ مَعَاصِيْهِمْ أَوْ بِكَسْبِهِمْ إِيَّاهُ  

Artinya: “(Kerusakan di darat dan di laut) itu tampak dalam bentuk kekeringan, kematian, banyaknya kebakaran dan tenggelam (banjir atau tsunami), gagalnya usaha, hilangnya keberkahan, meningkatnya mudarat (kesialan), atau berupa kesesatan dan kezaliman. Dan ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laut adalah desa-desa pesisir, dan terdapat pula qira’ah dengan lafaz al-buhur. (Semua itu) disebabkan oleh apa yang diperbuat tangan manusia yakni karena buruknya dampak maksiat mereka atau karena perbuatan mereka sendiri.”  

Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah, Fenomena alam yang kita saksikan hari ini, menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang nyata. Banjir datang lebih sering, suhu udara sekitar pemukiman menjadi tidak stabil dan cenderung panas, hutan terus menyusut, dan polusi ada di mana-mana. Semua ini bukan terjadi tanpa sebab, melainkan akibat dari ulah kita sebagai manusia tamak yang mengabaikan keseimbangan dan melampaui batas yang Allah tetapkan bagi bumi.   Bencana yang terjadi seakan mengajak kita untuk merenung, melihat kembali cara kita memperlakukan bumi, dan memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat. Allah menegaskan dalam QS. Asy-Syura ayat 30:

   وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ  

Artinya: “Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu).”  

Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir, jilid 25, halaman 72 menegaskan, musibah atau bencana yang menimpa manusia tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memiliki keterkaitan dengan perbuatan manusia. Ia menjelaskan bahwa berbagai bencana dan keadaan yang tidak menyenangkan, seperti sakit, kekeringan, tenggelam, petir, gempa, dan semisalnya, sering kali muncul sebagai konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan kepada alam.  

Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah, Kita memahami bahwa kerusakan alam dan bencana yang terjadi bukan sekadar peristiwa natural atau hanya takdir Tuhan semata, tetapi sangat terkait dengan perilaku kita yang mengabaikan kelestarian. Ketika keseimbangan alam dirusak, maka dampaknya akan kembali kepada manusia, sebagai pengingat agar kita memperbaiki sikap dan menghentikan kebiasaan yang merugikan lingkungan.  

Rasulullah Saw mengingatkan hal itu dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bersumber dari Abu Sa’id al-Khudri:

   إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللّٰهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا، وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ  

Artinya: “Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau. Dan sungguh, Allah menjadikan kalian sebagai pengelola (khalifah) di dalamnya untuk melihat bagaimana kalian beramal. Maka berhati-hatilah terhadap godaan dunia, dan berhati-hatilah terhadap godaan perempuan, karena fitnah pertama yang menimpa Bani Israil adalah pada urusan perempuan.” (HR. Muslim)  

Untuk itu, marilah kita jaga dan rawat alam ini dengan penuh kesadaran sebagai bagian dari ketakwaan kita kepada Allah Swt. Mari kita mulai dengan langkah-langkah kecil seperti mengurangi sampah, menjaga kebersihan lingkungan, menanam pohon, serta menghindari perbuatan yang merusak alam. Semoga Allah menjadikan kita menjadi hamba-Nya yang amanah dalam memelihara bumi dan menjauhkan kita dari musibah. Aamiin ya rabbal alamin.

  بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ  



 Khutbah Jumat Nurul Iman Karya

Hindari Sikap Julid dalam Kehidupan

Ust Dr KH Hasbullah Ahmad MA

(Owner Sekolah Qur’an Hadis dan Sains Jambi, Dosen Tetap Ilmu al-Qur’an, tafsir dan Hadis UIN STS Jambi, Wakil Rois Syuriah PWNU Jambi dan Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Kota Jambi, Wakil Pimpinan Ponpes PKP al Hidayah Jambi)

DOWNLOAD PDF DISINI!

اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَمَرَنَا بِصِيَانَةِ اللِّسَانِ عَنِ الْمُسْلِمِينَ، وَنَهَانَا عَنِ الْغِيبَةِ وَالنَّمِيمَةِ وَالظُّلْمِ لِلنَّاسِ أَجْمَعِينَ، وَوَعَدَ لِمَنْ طَهَّرَ قَلْبَهُ وَحَفِظَ لِسَانَهُ جَنَّاتِ النَّعِيمِ وَرِضْوَانَ رَبِّ الْعَالَمِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَشَفِيْعَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَدَّى الْأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ الْأُمَّةَ حَتَّى أَتَاهُ الْيَقِيْنُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ تَعَالَى ، فَقَدْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ الْمُبِينِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللّٰهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,

Syukur kepada Allah SWT dan Sholawat kepada Rasulullah adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan kita, maka marilah kita terus meningkatkan kualitas takwa kepada Allah Swt, dengan memperbanyak amal saleh dan menahan diri dari segala bentuk keburukan. Salah satu caranya adalah dengan menjaga hati dan lisan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 70-71 disebutkan:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا  

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar.”  

Kaum muslimin yang berbahagia,

Di zaman sekarang, kita semakin sering menemukan, perilaku julid yang seolah-olah dinormalisasi oleh sebagian masyarakat. Berbagai platform media sosial yang seharusnya menjadi tempat atau sarana untuk berbagi kebaikan, justru penuh dengan sikap julid dalam bentuk komentar-komentar negatif, cibiran, dan olokan terhadap orang lain.

Padahal, aktivitas semacam itu sangat tidak diperbolehkan dalam Islam. Seperti yang kita sama-sama tahu, bahwa julid merupakan perilaku iri terhadap keberhasilan orang lain di sekitar kita, yang tercermin lewat tindakan mengomentari atau menyindir mereka dengan tujuan menjatuhkan atau mencemooh.

Tanpa tersadari, terkadang kebiasaan ini kita lakukan secara langsung lewat ucapan, namun tidak jarang pula lewat tulisan di media sosial. Mengapa perilaku yang demikian sangat tidak diperkenankan bagi seorang muslim? Sebab, tindakan julid setidaknya beririsan dengan 3 perbuatan tercela yang terlarang dalam Islam, yakni hasad, ghibah, dan namimah.  

Kaum muslimin yang berbahagia,

Julid sering kali lahir dari perasaan hasad (iri hati). Yakni, saat seseorang merasa tidak senang melihat keberhasilan, kebahagiaan, atau kelebihan orang lain, maka rasa iri itu muncul dan tersalurkan lewat komentar, ujaran kebencian, dan sindiran. Fenomena perilaku semacam ini merupakan salah satu bentuk julid yang paling sering kita temukan dalam kehidupan, baik di dunia nyata atau dalam ruang digital sehari-hari.  

Kita sebagai hamba Allah yang merasa diri sebagai muslim, tidak boleh melakukan hal tersebut. Secara tegas dilarang oleh Rasulullah Saw. Dalam sebuah hadits, bersumber dari Anas bin Malik disebutkan:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ‌لَا ‌تَبَاغَضُوا، وَلَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللّٰهِ إِخْوَانًا،  

“Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, Janganlah kalian saling membenci, jangan saling iri hati (hasad), dan jangan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Muslim).

  

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,

Selain mengarah kepada hasad, julid juga hampir selalu berujung pada ghibah (menggunjing). Orang yang julid kerap membicarakan keburukan orang lain, mengomentari penampilan, ucapan, atau kehidupan pribadi orang lain yang tidak ada kaitannya dengan dirinya. Meskipun dibungkus dengan humor atau ucapan “hanya bercanda,” namun hakikatnya sama karena tetap mengupas aib yang seharusnya ditutup.  

Sebagaimana yang telah maklum, perbuatan ghibah adalah salah satu dosa besar, terlarang dan dapat merugikan diri sendiri. Disebutkan dalam hadits Rasulullah Saw, diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ، ‌لَا ‌تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ، وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنْ يَتَّبِعْ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللّٰهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللّٰهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ  

“Rasulullah Saw bersabda, Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya tetapi imannya belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian menggunjing (mengghibah) kaum Muslimin dan jangan mencari-cari kesalahan mereka. Sesungguhnya siapa yang mencari-cari kesalahan saudaranya, Allah akan membuka aibnya; dan siapa yang Allah buka aibnya, maka Allah akan mempermalukannya meskipun di dalam rumahnya sendiri.” (HR. Ahmad)  

Kaum muslimin yang berbahagia.

Setelah hasad dan ghibah, julid juga acap kali menggiring kepada namimah. Karena ketika informasi sensitif-negatif disebarkan, di-capture, atau diceritakan ulang, maka akan mengantarkan kepada adu domba.   

Julid jenis ini, memang awalnya hanya komentar pribadi, namun bisa berakibat fatal. Karenanya, hubungan pertemanan dan silaturahim dapat terputus, menimbulkan kebencian, bahkan mengadu satu pihak dengan pihak lain.   

Selain itu, dengan kita melakukan julid yang menjurus kepada namimah ini pula, langkah cita-cita kita yang ingin masuk surga, juga dapat terhenti seketika. Sebab, dalam hadits riwayat Imam Muslim disebutkan:

فَقَالَ حُذَيْفَةُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ‌لَا ‌يَدْخُلُ ‌الْجَنَّةَ ‌نَمَّامٌ  

“Dari Hudzaifah r.a. berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda, Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba (nammam).” (HR. Muslim)  

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,

Kita memahami bahwa sikap julid bukanlah hal yang sepele. Ia bisa berawal dari rasa iri, lalu berubah menjadi ghibah, dan berakhir pada namimah. Tiga hal ini merupakan dosa besar yang sangat dilarang dalam Islam karena dapat merusak hati, meretakkan hubungan antarsesama, serta menghapus pahala amal kebaikan.   

Maka, kita sebagai seorang muslim yang benar-benar memahami ajaran agama, hendaknya menjaga lisan dan menahan diri dari membicarakan keburukan orang lain, baik secara langsung maupun di media sosial.

Kita juga terus berdoa untuk kebaikan bangsa, Negara dan negeri kita dan terjaga dari segala keburukan, perpecahan dan adu domba, kita juga mendoakan saudara/I kita di berbagai Negara Muslim khususnya di Palestina dianugerahkan kedamaian, kesejahteraan dan terhindar dari berbagai kejahatan dan genosida. Amin Ya Rabb…

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ 

 


Khutbah Jumat Masjid Nurul Falah Purnama  

Menjaga Aib Orang Lain di Era Digital 

Ust Dr KH Hasbullah Ahmad, MA

(Owner Sekolah Qur’an Hadis dan Sains Jambi, Dosen Tetap Ilmu al-Qur’an, tafsir dan Hadis UIN STS Jambi, Wakil Rois Syuriah PWNU Provinsi Jambi dan Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Kota Jambi, Wakil Pimpinan Ponpes PKP al Hidayah Jambi)


DOWNLOAD PDF DISINI!


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ السِّتْرَ خُلُقًا لِلصَّالِحِينَ، وَنَهَى عَنِ التَّجَسُّسِ وَتَتَبُّعِ أَخْبَارِ النَّاسِ سِّرًا وَعَلَانِيَةً بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ وَمَنِ اتَّبَعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، اَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ. وَقَدْ قَالَ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ  

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah

Mengawali khutbah ini, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya takwa, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Firman Allah Swt QS ‘Ali Imran 102:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ  

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

 

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah

Di Era Digital dan Transformasi ini kita dihadapkan dengan berbagai macam tantangan, seperti satu kesalahan kecil bisa menyebar lebih cepat daripada niat seseorang untuk memperbaikinya. Satu potongan video, satu kalimat yang diambil tanpa konteks, bisa menghancurkan nama baik seseorang yang sebelumnya dikenal berakhlak baik. Bahkan mungkin bukan sekedar nama baik, tapi bisa melemahkan mentalnya hingga membuatnya tak pernah mau untuk berubah lebih baik. Kita sering mudah menekan tombol share, tapi jarang menekan tombol tahan dulu, pikir dulu. Padahal dalam Islam, menjaga kehormatan sesama muslim adalah ibadah yang besar. Rasulullah bersabda:

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللّٰهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim no. 2699).

 

Menutupi bukan berarti membenarkan dosa, tapi bentuk kasih sayang agar seorang hamba masih punya ruang untuk bertobat. Para ulama menyebut hal ini sebagai الإِقَالَةُ عَنِ العَثَرَاتِ (iqālatul ‘atsarāt)  yaitu memaafkan dan menutupi kesalahan orang yang tergelincir, selama tidak berkaitan dengan pelanggaran hukum Allah.

 

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah

Para ulama menjelaskan bahwa manusia terbagi menjadi dua golongan dalam hal ini:

1. Orang yang terjaga kehormatannya dan tidak dikenal dengan dosa atau maksiat. Jika ia tergelincir dalam kesalahan, maka tidak boleh aibnya disebarkan. Ia lebih butuh nasihat, bukan penghakiman. Rasulullah bersabda:

أَقِيلُوا ذَوِي الْهَيْئَاتِ عَثَرَاتِهِمْ إِلَّا الْحُدُودَ

“Maafkanlah kesalahan orang-orang yang berakhlak baik di antara kalian, kecuali dalam perkara hukum Allah.” (HR. Abu Dawud no. 4375, an-Nasa’i no. 4887).

 

2. Orang yang terang-terangan berbuat dosa dan bangga dengan maksiatnya. Untuk mereka, masyarakat tidak boleh menormalisasi perbuatannya. Namun tetap dengan adab, bukan dengan cercaan, hujatan, atau perundungan.

 

Sayangnya, di zaman ini, banyak orang lebih sibuk mencari kesalahan orang lain, sementara lupa bahwa dirinya pun memiliki dosa yang Allah masih tutupi.

 

 

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah

Menutupi aib bukan kelemahan, tapi tanda keimanan dan kasih sayang. Ibnu Hajar al-Asqalani -rahimahullah- menjelaskan dalam Fath al-Bari, bahwa makna “menutupi” dalam hadis di atas mencakup dua hal:

Pertama Menjaga kehormatan orang yang berbuat salah agar tidak rusak di mata manusia. Kedua Tidak menyebarkan kesalahannya agar ia punya kesempatan memperbaiki diri. Rasulullah juga bersabda:

لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Seorang hamba tidak menutupi (aib) saudaranya di dunia, kecuali Allah akan menutupi aibnya di Hari Kiamat.”(HR. Ahmad no. 19891, dinilai sahih oleh Al-Albani).

 

Setiap kali kita menahan diri dari menjelekkan orang lain, sebenarnya kita sedang menyiapkan perlindungan Allah untuk diri kita sendiri.

 

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah

Saat ini kita hidup di era digital. Melalui internet dan media sosial, semua orang dapat dengan mudah mengetahui berbagai informasi, kehidupan pribadi orang lain, bahkan sampai ke hal-hal yang seharusnya tidak perlu diketahui publik.   

 

Karena hal tersebut, tidak sedikit dari kita yang merasa senang ketika menemukan kesalahan atau aib orang lain, lalu dengan cepat menyebarkannya ke berbagai platform, sehingga membicarakannya di kehidupan nyata.  

 

Padahal, Islam dengan tegas melarang umatnya untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Setiap individu yang merasa dirinya muslim, wajib menjaga kehormatan orang lain dan tidak mencampuri urusan pribadi yang bukan tanggung jawabnya, apalagi sampai ke ranah privasi. Sebagaimana larangan ini ditegaskan oleh Allah swt dalam firman-Nya, QS al-Hujurat ayat 12:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ  

"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”  

 

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah.

Menegur Tanpa Menghina, Menegur itu perlu, tapi cara yang salah bisa mengubah nasihat menjadi penghinaan. Ulama salaf berkata:

مَنْ نَصَحَ أَخَاهُ سِرًّا فَقَدْ نَصَحَهُ وَزَيَّنَهُ، وَمَنْ نَصَحَهُ عَلَانِيَةً فَقَدْ فَضَحَهُ وَشَانَهُ

“Barang siapa menasihati saudaranya secara diam-diam, maka ia benar-benar telah menasihatinya dan memperbaikinya. Namun siapa yang menasihati di depan umum, maka ia telah mempermalukannya dan mencelanya.”

 

Begitulah adab dalam memberi nasihat, Islam tidak melarang amar ma’ruf nahi munkar, tapi melarang penghinaan dan celaan. Allah Ta‘ala berfirman:

وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ

“Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Mā’idah: 8).

Adil artinya tidak menutup mata terhadap kesalahan, tapi juga tidak menutup hati terhadap kebaikan. Seseorang bisa salah di satu sisi, tapi tetap punya amal saleh di sisi lain. Ibnu al-Musayyib rahimahullah berkata:

لَيْسَ مِنَ النَّاسِ أَحَدٌ إِلَّا وَلَهُ خَطَأٌ، وَلَكِنْ مَنْ كَانَتْ حَسَنَاتُهُ أَكْثَرَ مِنْ سَيِّئَاتِهِ فَهُوَ الْمَغْفُورُ لَهُ

“Tidak ada manusia yang sempurna. Namun siapa yang kebaikannya lebih banyak daripada keburukannya, maka keburukannya diampuni karena kebaikannya.”

 

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah.

Menjadi Penutup, Bukan Penyebar, Menjadi penutup aib orang lain adalah bentuk ibadah yang penuh kasih, empati, dan kesadaran diri, bahwa kita pun butuh ampunan yang sama.

 

Sebelum jari ini tergesa menulis komentar tajam atau menyebarkan potongan video seseorang, tanyakanlah pada diri sendiri: “Kalau aku yang salah, apakah aku ingin diperlakukan seperti ini?” Jika jawabannya tidak, maka berhentilah jadi penyebar. Jadilah penutup.

Karena bisa jadi, ketika kita menutupi aib saudara kita, Allah sedang menutupi aib kita di hadapan seluruh makhluk-Nya. Menutupi aib adalah tanda iman, sedangkan menelanjangi kesalahan orang lain adalah tanda hati yang belum bersih. Islam tidak hanya mengajarkan kebenaran, tapi juga etika dalam menyampaikan kebenaran, agar perbaikan benar-benar mendatangkan maslahat yang lebih besar, dan nasihat tidak berubah menjadi penghinaan.

 

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah

Mulai saat ini, kita harus belajar menjaga privasi dan menahan diri dari mencari aib orang lain. Perlu diingat, bahwa Allah secara tegas melarang kita untuk mencari-cari kesalahan dan aib orang lain, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Hujurat ayat 12. Begitu pula Rasulullah saw memperingatkan agar umatnya tidak mengintai dan membuka aib sesama Muslim, karena siapa yang melakukan hal itu, Allah akan membuka aibnya bahkan di rumahnya sendiri.

  

Terakhir, di era digital yang serba terbuka ini, ujian menjaga lisan dan jari akan menjadi semakin berat. Oleh sebab itu, marilah kita berhati-hati dalam menggunakan internet, media sosial, tidak mudah menyebarkan keburukan, dan selalu menutup aib sesama sebagaimana kita ingin aib kita ditutup oleh Allah swt, baik di dunia, maupun akhirat. Kita juga mendoakan saudara/i kita di Palestina dan beberapa Negara muslim lain segera diberikan kedamaian, ketenangan dan kesejahteraan atas genosida dan kejahatan zionis yahudi yang terlaknat, dan kita juga mengecam mereka yang menyudutkan pesantren, kyai/ulama dan berbagai institusi Pendidikan Islam dengan fitnah dan kebohongan. Semoga bangsa, Negara dan Negeri kita senantiasa di Jaga Allah SWT dengan Kedamaian, kesejahteraan dan persatuan. Amin Ya Rabb.

 

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ




Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar tema oleh Ollustrator. Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget